Aku meratapi secarik
kertas yang ada dihadapanku, kertas itu sudah lusuh, kertas yang sepertinya
sudah tidak ada artinya. Tapi kertas yang tak memiliki arti itu terus saja
kupandangi dan tak hentinya.“damn” Disebelahnya ada buku lusuh yang
lagi seperti tak ada artinya. Tapi ketahuilah, benda keramat itu sangat berguna
bagiku. Dia yang senantiasa menemaniku saat suka dan dukaku, dia tempatku
mencurahkan segalanya. Dia mampu mengisi kekosongan hatiku dan mampu membuatku
tertawa riang dan berkongsi dengan kegembiraan. Walau sekarang aku tak bisa
bersua dengannya berbagi pertalian kata indah.
Kumeraba sesuatu
malam itu saat semua lampu dipadamkan, aku juga tak tahu apa sebenarnya yang
aku cari agar aku bisa keluar dari tempat sialan ini. Aku takut, dingin begitu
menelusup kedalam sanubariku membuatku seketika terhenyak begitupun dengan
darah yang mengalir keluar dari hidungku. Aku mencoba bertahan, bertahan dari
keadaan seperti sekarang ini.
Sosok besar itu
sebentar lagi akan datang, dia akan datang bersama antek – anteknya yang berbau
alkohol dan masuk bersama asap rokok yang membuatku terbatuk – batuk, bunyi
pantopelnya yang menandakan hal itu. Dan benar .. bayangan hitam mendekat
kepadaku. Segera kuraih kertas lusuh dan bukuku mendarat dramatis di bawah sofa
tua yang ada di dekatku. “hey, kamu ternyata masih bertahan sampai
sekarang, kamu memang reinkarnasi ayahmu yang keras kepala.”, aku mencibir
ketika dia mendekat ke wajahku beberapa cm dihadapanku, “cuih …” Great! Aku
berhasil membuatnya malu dengan memberi tamparan keras menggunakan ludahku di
wajahnya yang kelihatannya baru dibersihkan. Dia tentu saja tidak diam begitu
saja. Tamparan luar biasa mendarat di pipiku, darah kembali mengalir. Aku akan
mati, begitu pikirku, dan seketika semuanya menjadi gelap.
0 komentar:
Posting Komentar