Blogger Widgets

Kamis, 24 Mei 2012

Jebakan Diary (Part III)


“Humhh …”, aku menarik napas panjang, sudah seminggu aku seperti ini, berada dalam kurungan seperi musang yang diburu, ah .. jangan dengan musang aku menggambarkannya, aku bisa menggambarkannya dengan harimau, karena aku juga kuat untuk mampu menerkam ulang orang – orang itu. Tapi belum saatnya aku menerkam mereka dengan taringku.

01.00 WIB, aku belum mampu membuat mataku terpejam karena dengkuran bajingan – bajingan itu. Aku juga capek dengan kaitan tali yang melilit di tanganku, jadi dengan hati – hati aku membukanya. Kubuka pula kaitan tali di kakiku, wah .. ini kesempatan emas pikirku, kulihat sekeliling, AMAN !!! aku berputar berkeliling di tempat yang mampu ku deskripsikan seperti gudang yang ada drum yang mungkin tempat alkohol atau apakah, ada sofa tua dan barang aneh yang sebelumnya tak pernah kulihat.

Nah .. itu dia, aku menemukan sebuah jendela yang menganga seperti ada seberkas cahaya diluar sana. Tanpa pikir panjang, aku segera mengambil kertas dan buku lusuh yang kusembunyikan di bawa sofa. Great! Semua bajingan – bajingan itu tertidur pulas seperti telah dibius oleh Tuhan. Aku segera meloncat dengan indah melalui jendela yang berukuran besar itu. Tuhan menyayangiku, itu pikiranku, sial! Jilbabku tersangkut dipaku yang sudah berkarat di jendela itu, untung saja tidak menimbulkan bunyi. Huaaa .. ini bukan pendaratan indah. Aku segera berlari sekencang mungkin. Entah kemana, aku sama sekali tak mengenali daerah ini. Tapi aku tak peduli, aku terus saja berlari tanpa tujuan, setidaknya sekarang aku sudah jauh dari tempat sialan itu.


“huu .. haa .. huu”. Nafasku terengah, tenggorokanku butuh sesuatu yang mampu mencairkannya  yang terasa gersang bak gurun sahara. Aku melanjutkan perjalanan, ku angkat rok panjangku, syukurlah aku menggunakan celana rangkap lagi, jadi kupercepat langkahku. “Gubraak …” Tubuhku terasa menabrak sosok yang besar, kumohon Tuhan bukan orang itu. Aku bangkit dan melihat orang itu. Shit! Dugaanku benar.

“Good Job, Eliza, kamu memang tangguh, kenapa lama sekali kamu berpikir untuk melarikan diri?” Katanya diiringi tepuk tangan. Aku segera berlari berlawanan arah darinya. Dan ternyata .. Bajingan itu sudah menghalauku dari berbagai arah. Ini jebakan .. itu pikiranku. Dan tentu pikiranku benar.

“Ayolah Eliza .. Apa susahnya kau menyerahkan surat wasiat Oma kepada pamanmu ini?”. Apa? Apa? Dia menyebut dirinya Pamanku.. Helloo??? Mimpi kali orang ini. Haaa .. dadaku sesak .. sesak seketika, aku tidak kuat. Gelap !!

*****

Kepalaku pusing, semua terasa berputar, aku berada di ruangan yang cukup luas sekarang, bersih, dengan dinding berwarna putih, dengan selimut bergaris - garis dan ruangannya berbau, tapi baunya lain lagi, ini tidak berbau alkohol orang – orang Pamanku itu, Ini bau obat. Yaa .. kuakui dia memang Pamanku, adik dari ayahku. Tapi aku tidak pernah habis pikir sikapnya yang dulu sangat bersahabat padaku menjadi seperti monster seperti sekarang ini. Aku meraba .. kembali meraba sesuatu, yah .. buku lusuh dan kertas lusuh yang dikejar Paman masih ada utuh di genggamanku, kertas lusuh itu adalah warisan Oma. Tapi Kenapa? Kenapa orang itu tak mengambilnya dari tanganku, kupikir dia menginginkannya, dan kenapa dia membawaku ke Rumah Sakit? Bukankah dia menginginkan aku mati saja?

“Selamat pagi Eliza cantik .. Cukup sekian petualangan kita, hahah .. kamu hebat Eliza, maafkan Paman yang sudah menyiksamu, ini semua bagian dari scenario kamu sendiri yang kamu ciptakan dari buku kamu itu.” Kata Paman dengan senyum yang sangat bersahabat.

Skenario buku lusuhku? Aku kembali membuka catatanku, hahaha .. ini catatan ketika aku masih SD, aku sering menginginkan petualangan seperti diculik dan berhasil mempertahankan warisan Oma, asal kalian tahu semua, warisan itu tak ada apa – apanya, warisan Oma yang diturunkan padaku adalah sebuah sepeda ontel yang aku sangat sayangi sepeninggal Oma.

“Dan ini kejutan selanjutnya, Selamat Ulang Tahun Eliza sayang …” Kata Paman diikuti oleh dua orang yang membawa sepeda ontelku yang sudah dipermak sedemikian rupa persis yang aku gambarkan di bukuku. Yah .. dua orang itu adalah pemeran bajingan di scenario pura – pura penculikan paman yang dia rencanakan di Ulang Tahunku yang ke -17 ini. Ah .. Paman .. Dia memang pengganti Ayahku yang benar – benar hebat. Ayah, Ibu, Oma … Aku merindukan kalian. Kecelakaan 5 tahun lalu seakan terluapkan kembali. Aku tak kuasa membendung air mata. Pelukan Pamanku yang bertubuh kekar seketika membuatku tenang. :)

0 komentar:

Posting Komentar